SILUET
Febilions
PROLOG
Keira, gadis 14 tahun itu sangat dicintai seluruh
kalangan manusia. Disamping kepandaian, kecerdasan, dan kecantikannya, dia
selalu ramah dan baik kepada semua orang. Itulah alasan mengapa gadis ini
memiliki banyak teman. Namun siapa sangka, ia mempunyai kehidupan rumah yang
lebih pahit daripada kopi kapal api hitam.
Berpenampilan sederhana, tetapi tetap terlihat
maskulin. Dia anak orang kaya. Ya, semua siswa-siswi SMA Britania Graha ini
anak orang kaya.
Dia
berpenampilan cantik walau sederhana. Sangat bertolak belakang dengan saudara
tirinya. Seira. Yang hobby nya berdandan.
********************************
“Kei, nanti aku kerumah kamu ya. Kita kan ada kerja
kelompok.”
“Aduh jangan deh. Mending di starbucks aja yuk
sekalian hangout.” Kata Keira menanggapi ucapan temannya itu.
Tiba-tiba
seorang gadis sebaya nya berjalan melewatinya. Seira.
“Hah. Lo ngapain sih Cind, mau kerumah gadis itu.
Emang dirumahnya ada apa? Hahaha paling sederetan pisau yang udah karatan.”
“Iya
karatan. Tapi pisau itu masih bisa kok aku pake buat ngebunuh kamu!” Ancam
Keira sambil tertawa bercanda dengan ramahnya.
“Hahaha yaudah ya Kei, sekarang
langsung kita jalan ke starbucks yuk”
“Okey!”
Keira
pun meninggalkan Seira dan berjalan ke arah yang sama dengan Cindy.
********************************
Tiba lah ia dirumah. Rumah yang sama
sekali tak ia impikan. Dengan dua kolam renang, 2 hektar halaman kebun bunga
miliknya pribadi, dan rumah lantai 3. Mungkin itu rumah yang menjadi impian
kita semua, lain halnya dengan Keira.
“Ma, Keira pulang!!!” ucap seorang
gadis dikejauhan yang tepat 10 meter didepan Keira. Seira.
“Cepet sana ganti baju! Terus ke
kamar Mama. Mama mau bicara sama kamu anak nakal!” suara wanit paruh baya yang
cantik sedang berdiri disamping Seira.
“Ya Ma.”
Keira
pun langsung pergi ke kamar nya yang berada dilantai 3.
Suasana kamarnya merah. Merah darah! Dan hitam.
Kesannya seperti anak metal deh.
Dikamarnya
banyak sekali koleksi pisau-pisau dari seluruh penjuru dunia. Dulu sebelum
ayahnya meninggal, Keira selalu diberikan oleh-oleh pisau khas Negara dari
ayahnya. Dan hanya itu lah kenang-kenangan yang tersimpan yang sangat ia rawat
itu. Karna, foto-foto sama ayahnya dulu sudah dibuang oleh Mama dan Seira.
Sungguh kejam!
Tanpa
berlama-lama lagi, Keira pun turun menuju kamar Mama tiri nya itu.
“Ganti baju aja lama banget kamu!”
“Maaf Sei.”
“Kamu tuh ya. Siapa yang izinin kamu ke starbucks
sama Cindy? Mama gak ngizinin!” ujar wanita paruh baya dengan keras.
“Tapikan itu tugas sekolah Kei ma!”
“Eh berani banget kamu Kei ngebentak
Mama gue!”
“Maaf Sei.”
“Pokoknya kamu harus dihukum! Kamu
gak boleh keluar keluaran lagi. Semua fasilitas Mama ambil! Mobil, kartu
kredit, AC, Laptop semua mama ambil!”
“Hahaha sukurin loh Kei. Lagian berani banget ngelawan Mama gue”
“Ngapain masih disini? Udah sana
kamu naik!”
Keira
pun pergi dari sana sambil membendung air mata. Keatas. Ke kamarnya.
Dia
pun berlari keluar dan menangis dipagar tingkat lalu berteriak keluar.
“Sebenernya mau mereka tuh apa sih? Tiap hari aku
diginiin terus. Aku muak! Aku capek!” tangisnya makin mengeras dan diapun
merebahkan badannya diatas kasur bersprei Bacelona.
Tatapan
matanya mengelilingi atap kamarnya. Dan tertuju pada satu lemari berisi
beribu-ribu koleksi barang kesayangannya. Pisau.
“Liat aja nanti!”
********************************
Pagi. Ini sudah pagi. Keira memasang ekspresi tidak
peduli terhadap pagi ini. Padahal mentari menyambutnya dengan gembira, seperti
yang Keira lakukan sebelumnya. Ia pun segera turun kebawah. Tepatnya keruang
makan. Dan menyiapkan makanan untuk dia, Seira dan Mama nya makan. Seperti
biasa.
Hari
ini Keira sekolah naik ojek, karna mobilnya diambil Mama semalam.
“Kei kamu kenapa? Kayaknya lesu banget.” Ucap Cindy, sahabatnya
sekaligus teman sebangku nya.
“Eh gapapa kok Cind.”
Keira
kembali melamun saat pelajaran dimulai.
********************************
Malam ini badai tiba. Seperti biasanya, Keira telah
melewati ocehan dan omelan Mama nya itu.
Ia
pun mengambil sebuah pisau khas dari jepang yah ayahnya berikan 3 tahun lalu.
Dan mengasahnya, sehingga kilauan terlihat dari mata pisaunya.
Entah
apa yang ia fikirkan.
Aneh,
Keira
aneh.
Matanya
memerah…
Diterpa
angin yang sedang berhembus dijendela depannya,
Dihias
petir yang berkedip dilangit,
Dialun
oleh suara rintik demi rintikan tangisan sang awan.
********************************
Seira
Point of View
Sudah jam setengah sebelas malam. Mama telah tidur
nyenyak disampingku. Entah mengapa hari ini aku memutuskan untuk tidur dengan
mama dikamarnya. Tapi mataku tak mau terpejam. Perasaaanku tak menentu.
“Ma..”
“Iya Seira sayang, kenapa?”
“Aku nggak bisa tidur ma. Perasaan aku nggak enak.”
“Pujilah Tuhan sayang. Maka kamu akan tenang.”
Mama
pun memejamkan matanya dan terlelap dengan tenang kembali. Shit!
Petir
semakin lantang terdengar. Dan terdengar sebuah kenop pintu dibuka. Akupun
pura-pura memejamkan mata, dan……
“Uww mama ku sayang. Maaf yah Kei
harus kaya gini.”
Dan,
SLEB.
“Hahaha”
Keira.
Aku yakin dia Keira. Ya Tuhan apa maksudnya?
Akupun
merasakan sesuatu berjalan ditanganku. Dan bau hanyir menusuk indra penciuman
ku.
“MAMMAAAA……………”
Aku
berteriak! Sekencang-kencangnya seolah menantang suara Guntur. Dan terasa pipi
lembutku tertodong oleh pisau. Milik Keira. Dan Keira tertawa melihat aku yang
tiba-tiba menangis. Aku hanya melihat dia, samar-samar oleh cahaya petir.
Siluet
itu. Siluet seringai senyum jahatnya sambil menjilat batang pisau yang telah
berlumuran darah itu. Selalu tergambar jelas, dibenankku.
********************************
EPILOG
Hari ini bumi lembab karna badai semalam. Suara
kokokan ayampun tak terdengar sampai ke penjuru rumah. Entah apa yang berada
difikiran gadis itu pagi ini, dia belum bangun. Ya, Keira belum bangun.
Sementara Seira ada dibawah, mempersiapkan sarapan untuk dia, Keira dan Mamanya
makan.
Mata gadis itu sembab. Walau terlihat dia telah
berpakaian rapi dan siap pergi kesekolah. Hari ini tampilannya tak biasa.
Seorang
Seira yang biasanya menggerai rambutnya, kini menguncir kuda rambut pirangnya.
Ditambah poni yang menggantung sejajar dengan alis tebalnya.
Seorang
Seira yang selalu ber make up kini
terpampang muka naturalnya didalam kelas.
Seorang
Seira yang matanya selalu tertutup lensa ungu, kini menggunakan kacamata kotak
berwarna hitam.
Seira
yang selalu memakai highless merah
3,5 cm, kini memakai sepatu pantofel dengan
kaus kaki panjang tepat satu jari diatas lututnya.
Dan
seorang Seira yang setiap hari memakai tas selempang ala-ala remaja elite, sekarang ia memakai tas ransel
kecil berwarna hitam dengan gambar nuansa paris dan menara Eiffel.
Benar benar seperti, Keira…
Mungkin
tepatnya, Keira yang DAHULU.
Bahkan
sekarang Keira berpenampilan seperti, Seira dulu…
NOTE :
Mereka berdua berganti peran? Oh
tentu saja tidak. Aku sudah merencanakan perubahan dari mereka sejak awal. Dan
ternyata, perubahan itu makin serius. Aku kira, Seira tidak akan terlihat mirip
dengan Keira. Jika saja aku tak mengubahnya seperti Keira, mungkin aku tak akan
tau jika mereka sangat mirip. Keira, dan Seira.
Ada
satu hal lagi yang membuatku kaget. Aku tak pernah menyangka ini akan terjadi
pada Seira. Bersikap lembut sekali selayaknya Keira dulu, itu sudah wajar untuk
Seira karna aku yang merencanakan ending gak
jelas dari cerita ini. Tetapi apa jadinya… Bahkan lebih buruk dari itu.
Sekarang
Seira takut petir dan Guntur. Tepatnya, pada cahaya petir…
Dan
Seira selalu mengingat gambaran itu. Siluet adik tirinya. Yang sungguh
menyeramkan.
Akupun
tidak akan menyangka akan seperti ini. Ini semua diluar kuasa ku sebagai
penulis.
Dan
kalian tau? Keira sekarang telah berubah menjadi,
“PSYCHOPATH”
*************END*************