Selasa, 09 Juni 2015

Contoh puisi untuk Ibu

MA

Kala senja telah tiba,
Kala mentari menutup tugasnya,
Kala bulan menjadi satu-satunya teman,
Kau tetap tak ada disini.

Saat aku menutup mata,
Saat aku terbaring saja,
Bahkan saat aku menaruh kepala,
Kau tetap tak ada sini.

Lalu ketika aku membuka mata,
Ketika sinar kuning menyibak wajah,
Dan ketika aku berpaling muka,
Kau tetap tak ada disini.

Kau tak disini.
Kau tak ada disini.
Kau tetap tak ada disini.
Dan kau benar-benar tak bisa berada sini.

Aku berjalan dengan tenang.
Melewati hari-hariku tanpa kasih sayangmu.
Melewati berbagai kisah tanpamu.
Serta melewati batas-batas kasih cintamu yang tak berujung.

Kau, dan aku.
Berbeda tubuh, satu fikiran.
Berbeda selera, satu tujuan.
Juga berbeda gaya, satu penampilan.

Kapan kau bisa ada disini?
Menemaniku lagi,
Mendengar segala keluhku pada dunia ini.
Dan membawaku kedalam pelukan cinta ini.

Kau tau?
Aku sangat merindukanmu.
Aku menginginkan mu ada disini.
Tapi kau tak kunjung kembali.

Ma,
Aku iri pada temanku.
Mereka selalu cerita kepada sosok seperti mu.
Tapi apa aku ini?

Ma,
Seandainya kau tau siapa yang tersiksa disini.
Bukan kau Ma,
Tapi KITA.

Ma, ini aku.
Sedang menekan tuts piano kesayanganmu.
Sedang duduk diatas stage dan dikerubuni banyak orang.
Sedang bernyanyi mengikuti jari jemari kita.

Ma,
Besok aku akan lulus.
Lulus dari sekolah yang selalu kita impikan.
Dan menjadi seorang pianis sejati sepertimu.

Ma,
Kau pasti akan marah ketika mendengar ini.
Kau pasti akan murka ketika mendengar ini.
Tapi harus ini kau tau.

Aku,
Dirimu,
Tak punya rasa seperti dahulu.
Tak ada satupun keindahan itu.

Ma, ingat kan aku.
Agar tak selalu menangis lagi karnamu.
Agar tak lupa sarapan setiap pagi dikursimu.
Dan ingatkan aku,
Agar selalu nyaman memakai dress mu ini.

Ma,
Orang-orang bertepuk tangan Ma!
Mereka suka lagi kita Ma!
Dan mereka senang usaha kita Ma!

Ma,
Kesini ya.
Aku tunggu sampai ajal tiba.
Kesini dan lihat perubahanku.

Ma,
Baik-baik ya disana.
Aku tak akan nakal.
Aku janji Ma.

Aku harus bahagia.
Meski rasa ini terus menyiksa.
Meski tersenyum dibalik derita.
Meskipun caci maki berubah menjadi pujian.

Ini usahaku.
Untuk orang yang ku cinta.
Untuk orang yang ku rindu.
Dan untuk para pemuja ku.

Terima kasih Ma.
Kau selalu menjadi inspirasiku.
Menjadi seperti ini.
Memakai dress hitam milikmu dan tampil mendunia.

It's all about you.
Ma.
---

Has posted at http://www.kemudian.com/node/277757

Rabu, 22 April 2015

Cerpen tentang pembunuhan - SILUET

SILUET
Febilions



PROLOG
Keira, gadis 14 tahun itu sangat dicintai seluruh kalangan manusia. Disamping kepandaian, kecerdasan, dan kecantikannya, dia selalu ramah dan baik kepada semua orang. Itulah alasan mengapa gadis ini memiliki banyak teman. Namun siapa sangka, ia mempunyai kehidupan rumah yang lebih pahit daripada kopi kapal api hitam.
Berpenampilan sederhana, tetapi tetap terlihat maskulin. Dia anak orang kaya. Ya, semua siswa-siswi SMA Britania Graha ini anak orang kaya.
Dia berpenampilan cantik walau sederhana. Sangat bertolak belakang dengan saudara tirinya. Seira. Yang hobby nya berdandan.
********************************
“Kei, nanti aku kerumah kamu ya. Kita kan ada kerja kelompok.”
“Aduh jangan deh. Mending di starbucks aja yuk sekalian hangout.” Kata Keira menanggapi ucapan temannya itu.
Tiba-tiba seorang gadis sebaya nya berjalan melewatinya. Seira.
“Hah. Lo ngapain sih Cind, mau kerumah gadis itu. Emang dirumahnya ada apa? Hahaha paling sederetan pisau yang udah karatan.”
            “Iya karatan. Tapi pisau itu masih bisa kok aku pake buat ngebunuh kamu!” Ancam Keira sambil tertawa bercanda dengan ramahnya.
            “Hahaha yaudah ya Kei, sekarang langsung kita jalan ke starbucks yuk”
            “Okey!”
Keira pun meninggalkan Seira dan berjalan ke arah yang sama dengan Cindy.
********************************
            Tiba lah ia dirumah. Rumah yang sama sekali tak ia impikan. Dengan dua kolam renang, 2 hektar halaman kebun bunga miliknya pribadi, dan rumah lantai 3. Mungkin itu rumah yang menjadi impian kita semua, lain halnya dengan Keira.
            “Ma, Keira pulang!!!” ucap seorang gadis dikejauhan yang tepat 10 meter didepan Keira.  Seira.
            “Cepet sana ganti baju! Terus ke kamar Mama. Mama mau bicara sama kamu anak nakal!” suara wanit paruh baya yang cantik sedang berdiri disamping Seira.
            “Ya Ma.”
Keira pun langsung pergi ke kamar nya yang berada dilantai 3.
           



Suasana kamarnya merah. Merah darah! Dan hitam. Kesannya seperti anak metal deh.
Dikamarnya banyak sekali koleksi pisau-pisau dari seluruh penjuru dunia. Dulu sebelum ayahnya meninggal, Keira selalu diberikan oleh-oleh pisau khas Negara dari ayahnya. Dan hanya itu lah kenang-kenangan yang tersimpan yang sangat ia rawat itu. Karna, foto-foto sama ayahnya dulu sudah dibuang oleh Mama dan Seira. Sungguh kejam!

Tanpa berlama-lama lagi, Keira pun turun menuju kamar Mama tiri nya itu.
            “Ganti baju aja lama banget kamu!”
            “Maaf Sei.”
“Kamu tuh ya. Siapa yang izinin kamu ke starbucks sama Cindy? Mama gak ngizinin!” ujar wanita paruh baya dengan keras.
            “Tapikan itu tugas sekolah Kei ma!”
            “Eh berani banget kamu Kei ngebentak Mama gue!”
            “Maaf Sei.”
            “Pokoknya kamu harus dihukum! Kamu gak boleh keluar keluaran lagi. Semua fasilitas Mama ambil! Mobil, kartu kredit, AC, Laptop semua mama ambil!”
            “Hahaha sukurin loh Kei. Lagian berani banget ngelawan Mama gue
            “Ngapain masih disini? Udah sana kamu naik!”
Keira pun pergi dari sana sambil membendung air mata. Keatas. Ke kamarnya.
Dia pun berlari keluar dan menangis dipagar tingkat lalu berteriak keluar.
“Sebenernya mau mereka tuh apa sih? Tiap hari aku diginiin terus. Aku muak! Aku capek!” tangisnya makin mengeras dan diapun merebahkan badannya diatas kasur bersprei Bacelona.
Tatapan matanya mengelilingi atap kamarnya. Dan tertuju pada satu lemari berisi beribu-ribu koleksi barang kesayangannya. Pisau.
            “Liat aja nanti!”
********************************
Pagi. Ini sudah pagi. Keira memasang ekspresi tidak peduli terhadap pagi ini. Padahal mentari menyambutnya dengan gembira, seperti yang Keira lakukan sebelumnya. Ia pun segera turun kebawah. Tepatnya keruang makan. Dan menyiapkan makanan untuk dia, Seira dan Mama nya makan. Seperti biasa.
Hari ini Keira sekolah naik ojek, karna mobilnya diambil Mama semalam.
            “Kei kamu kenapa? Kayaknya lesu banget.” Ucap Cindy, sahabatnya sekaligus teman sebangku nya.
            “Eh gapapa kok Cind.”
Keira kembali melamun saat pelajaran dimulai.
********************************
Malam ini badai tiba. Seperti biasanya, Keira telah melewati ocehan dan omelan Mama nya itu.
Ia pun mengambil sebuah pisau khas dari jepang yah ayahnya berikan 3 tahun lalu. Dan mengasahnya, sehingga kilauan terlihat dari mata pisaunya.
Entah apa yang ia fikirkan.



Aneh,
Keira aneh.
Matanya memerah…
Diterpa angin yang sedang berhembus dijendela depannya,
Dihias petir yang berkedip dilangit,
Dialun oleh suara rintik demi rintikan tangisan sang awan.
********************************
            Seira Point of View
Sudah jam setengah sebelas malam. Mama telah tidur nyenyak disampingku. Entah mengapa hari ini aku memutuskan untuk tidur dengan mama dikamarnya. Tapi mataku tak mau terpejam. Perasaaanku tak menentu.
            “Ma..”
            “Iya Seira sayang, kenapa?”
“Aku nggak bisa tidur ma. Perasaan aku nggak enak.”
“Pujilah Tuhan sayang. Maka kamu akan tenang.”
Mama pun memejamkan matanya dan terlelap dengan tenang kembali. Shit!
Petir semakin lantang terdengar. Dan terdengar sebuah kenop pintu dibuka. Akupun pura-pura memejamkan mata, dan……
            “Uww mama ku sayang. Maaf yah Kei harus kaya gini.”
Dan,
SLEB.
            “Hahaha”
Keira. Aku yakin dia Keira. Ya Tuhan apa maksudnya?
Akupun merasakan sesuatu berjalan ditanganku. Dan bau hanyir menusuk indra penciuman ku.
            “MAMMAAAA……………”
Aku berteriak! Sekencang-kencangnya seolah menantang suara Guntur. Dan terasa pipi lembutku tertodong oleh pisau. Milik Keira. Dan Keira tertawa melihat aku yang tiba-tiba menangis. Aku hanya melihat dia, samar-samar oleh cahaya petir.
Siluet itu. Siluet seringai senyum jahatnya sambil menjilat batang pisau yang telah berlumuran darah itu. Selalu tergambar jelas, dibenankku.
********************************
EPILOG
Hari ini bumi lembab karna badai semalam. Suara kokokan ayampun tak terdengar sampai ke penjuru rumah. Entah apa yang berada difikiran gadis itu pagi ini, dia belum bangun. Ya, Keira belum bangun. Sementara Seira ada dibawah, mempersiapkan sarapan untuk dia, Keira dan Mamanya makan.
Mata gadis itu sembab. Walau terlihat dia telah berpakaian rapi dan siap pergi kesekolah. Hari ini tampilannya tak biasa.
Seorang Seira yang biasanya menggerai rambutnya, kini menguncir kuda rambut pirangnya. Ditambah poni yang menggantung sejajar dengan alis tebalnya.
Seorang Seira yang selalu ber make up kini terpampang muka naturalnya didalam kelas.
Seorang Seira yang matanya selalu tertutup lensa ungu, kini menggunakan kacamata kotak berwarna hitam.
Seira yang selalu memakai highless merah 3,5 cm, kini memakai sepatu pantofel dengan kaus kaki panjang tepat satu jari diatas lututnya.
Dan seorang Seira yang setiap hari memakai tas selempang ala-ala remaja elite, sekarang ia memakai tas ransel kecil berwarna hitam dengan gambar nuansa paris dan menara Eiffel.
Benar benar seperti, Keira…
Mungkin tepatnya, Keira yang DAHULU.
Bahkan sekarang Keira berpenampilan seperti, Seira dulu…

NOTE :
            Mereka berdua berganti peran? Oh tentu saja tidak. Aku sudah merencanakan perubahan dari mereka sejak awal. Dan ternyata, perubahan itu makin serius. Aku kira, Seira tidak akan terlihat mirip dengan Keira. Jika saja aku tak mengubahnya seperti Keira, mungkin aku tak akan tau jika mereka sangat mirip. Keira, dan Seira.
Ada satu hal lagi yang membuatku kaget. Aku tak pernah menyangka ini akan terjadi pada Seira. Bersikap lembut sekali selayaknya Keira dulu, itu sudah wajar untuk Seira karna aku yang merencanakan ending gak jelas dari cerita ini. Tetapi apa jadinya… Bahkan lebih buruk dari itu.
Sekarang Seira takut petir dan Guntur. Tepatnya, pada cahaya petir…
Dan Seira selalu mengingat gambaran itu. Siluet adik tirinya. Yang sungguh menyeramkan.
Akupun tidak akan menyangka akan seperti ini. Ini semua diluar kuasa ku sebagai penulis.
Dan kalian tau? Keira sekarang telah berubah menjadi,
“PSYCHOPATH”

*************END*************

Kamis, 22 Januari 2015

Puisi untuk menolak berpacaran

Tak dapat bersatu❤
Indri Febilions

Tatapan matamu, senyuman manismu...
Membuat ku nyaman,
Ketika berada didekatmu...


Bercanda, tertawa,
Dan berbagi kisah hidup padamu...
Itu sungguh mengobati rasa takutku,
Kepada duniaku...


Semua terjadi begitu cepat,
Tanpa ku sadari,
Ada yang aneh diantara kita...


Kamu nggak perlu memetik bintang..
Karena kamu,
Sejak lama telah menjadi bintang untukku...


Cinta,
Rasa itu tumbuh dan berkembang padamu...
Begitu pula pada diriku,
Namun tak sama makna...


Jangan biarkan rasa itu tumbuh dan berkembang padamu..
Akan terasa berubah,
Jika semua itu menjadi nyata...


Kita disatukan oleh impian yang sama...
Tapi itu jusrtu,
Jadi penghambat untuk kita berdua...


Kita berdua, sudah diberi kepercayaan...
Kepercayaan,
Yang gak semua orang bisa mendapatkannya...


Bagaikan bulan dan matahari yang ditakdirkan berpasangan,
Namun tak dapat,
Bersatu dan bertemu...

Kecuali ketika,
Tuhan mengizinkan,
Disaat sang Gerhana tiba...


Suatu saat nanti~



************************************************************

Tag :
Puisi cinta, Pusi menolak, Menolak berpacaran karena satu peraturan, Puisi dari cewek buat cowok, Puisi Lembut, Puisi agar tetap berteman, Puisi tentang astronomi.